Jumat, 24 Maret 2017

Resensi Novel "Adventures in Darkness"




 


Judul novel    : Adventures in Darkness

Penerbit          : PT Bhuana Ilmu Populer


Penulis            : Tom Sullivan

Penerjemah    : Jacinta Hadi

Harga buku   : Rp40.000,00

Tahun terbit  : 2007

Ukuran buku : 15 cm x 23 cm

Tebal buku    : 194+viii halaman

ISBN               : 979-074-844-2 dan 978-979-074-844     

   
Buku ini menceritakan kisah nyata seorang pria terkenal bernama Tom Sullivan. Ia adalah seorang aktor, penyanyi, enternainer, penulis, dan produser. Meskipun banyak kegiatan, tak disangka-sangka pria yang lahir pada tahun 1974 ini ternyata seorang tunanetra. Ia buta sejak bayi, ketika ia memperoleh oksigen lebih banyak dalam sebuah inkubator.                                     

Tom Sullivan adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, dari pasangan suami istri bernama Porky dan Marie. Sejak kecil, Tom tinggal di New England. Kakaknya bernama Jeane, sudah memiliki keluarga sendiri. Sedangkan Peggy, kakak keduanya, hanya berbeda 5 tahun lebih tua dari Tom. Sejak umur 5 tahun, Tom disekolahkan di Perkins School for the Blind. Sekolah ini khusus untuk penyandang tunanetra seperti Tom. Tom memiliki teman sekamar di asrama, namanya Jerry dan Ernie. Jerry adalah bocah lelaki penakut dan suka makan, tak heran jika tubuhnya sangat gemuk. Sementara Ernie, bocah yang sangat pintar. Saat umurnya menginjak 11 tahun, ia sudah menguasai fisika dan kalkulus. Mereka berempat memiliki perasaan yang sama – sama-sama merasa dipenjara dalam sekolah tersebut. Mereka sering kali berulah. Mulai dari mencuri kue di dapur, hingga kabur dari sekolah dengan menggunakan sekoci dari gudang dekat sungai. Tetapi mereka sangat tangguh, terutama untuk seorang bocah berumur 11 tahun yang buta.

Ibu Tom, Marie, sangat mementingkan pendidikan. Maka dari itu, ia selalu mempertahankan Tom agar bisa sekolah di Perkins, meskipun Tom sering berulah hingga Mr.Waterhouse hampir mengeluarkannya. Ibunya juga tekun mengajarkan music. Berbeda dengan ayahnya. Mr.Pocky sangat ingin Tom merasakan seperti anak lelaki normal lainnya yang bisa menghirup kebebasan, tidak dikurung di sebuah sekolah asrama. Berbeda dengan Ibunya, ibunya sadar bahwa anaknya buta dan tidak bisa melakukan hal-hal seperti anak normal lainnya. Maka dari itu ia sangat ingin Tom bersekolah di Perkins agar Tom dapat pendidikan yang layak.

Ayahnya Tom, Porky memiliki sebuah bar dan memiliki perkumpulan untuk bermain poker bersama teman-teman Irlandianya. Ayah Tom sangat mencintai Tom melebihi apapun. Saking cintanya, Tom diajak menonton pertandingan pembukaan baseball dan menonton pemain kesukaan Tom, yaitu Ted Williams saat menjalani skorsing dari sekolahnya. Tom dan ayahnya suka sekali dengan baseball. Selain itu, pernah satu ketika, ayah Tom membelikan seekor kuda untuk Tom agar Tom dapat teman. Karena ia tahu bahwa Tom tidak punya teman di lingkungan rumahnya.

Dunia Tom ini hanya sebesar halaman belakang rumahnya. Tetapi imajinasinya sangat besar dibandingkan halaman belakangnya. Tom memiliki mimpi besar, tak kenal rasa takut, dan tentunya memiliki masa kenakalan juga. Eddy Mullins, seorang anak lelaki yang seusia dengannya sangat suka mengejek Tom dengan sebutan “Blindey”. Beberapa hari kemudian, akhirnya Tom memiliki dua orang teman baru. Mereka baru saja pindah ke rumah sebelah Tom. Namanya Billy dan Mike. Sejak saat itu, mereka selalu bersama, terutama dengan Billy.

Suatu ketika, Ayah Tom membuat pertandingan antara Tom dan Eddy, yaitu pertandingan tinju. Ayah Tom melakukan latihan rutin. Bagaimana cara meninju, bagaimana menghindari musuh, dan bagaimana tahu letak musuh karena kita tahu bahwa Tom ini buta. Dalam ronde awal, Tom mendapat banyak pukulan, hingga Ayah Tom ingin menyudahi pertandingan. Tetapi Tom tidak mau. Menurutnya, pertandingan ini menentukan bahwa meskipun Tom buta, ia adalah orang yang kuat dan sama seprti anak normal lainnya. Pertandingan ini juga menjadi penentu bahwa Eddy tidak boleh mengejeknya lagi. Dan ternyata tak disangka-sangka, dengan indra pendengaran Tom yang tajam, ia mampu mengetahui tempat dimana Eddy berada. Dan Tom pun menang. Semenjak kejadian itu, Tom dikenal oleh orang-orang sebagai bocah buta yang luar biasa.

Setelah Tom sukses dengan kariernya, Ibu Tom meninggal. Disusul dengan ayahnya yang mengidap penyakit kanker 5 tahun kemudian. Tom terbang dari Amerika Serikat menuju kampung halamannya, rumahnya saat kecil, untuk acara penghormatan terakhir. Saat Tom tiba dirumahnya, ia teringat kenangan-kenangan dulu, saat ayahnya berkata “Aku berjanji, kamu akan melihat lebih banyak daripada anak-anak lain disini. Kita hanya harus membuat mereka mengerti”. Petualangan hidup Tom membentuk karakternya dan menjadikan orang mencintai hidupnya.

Dengan demikian, novel karangan Tom Sullivan ini sangat menyentuh yang dapat membuat pembacanya terhanyut dalam kisah yang diceritakan di novel ini, serta banyak memberi pelajaran tentang makna sebuah kehidupan mengenai semangat dan motivasi kepada pembacanya, bahwa kekurangan itu bukanlah suatu hambatan. Sementara manusia normal belum tentu dapat sukses seperti Tom. Novel ini juga mengajarkan kita bahwa, dimana ada kemauan pasti ada jalan.

Novel ini hampir tidak mempunyai kekurangan, Namun setiap karya manusia pasti memiliki kekurangan. Sayangnya masih terdapat kata-kata asing yang belum diterjemahkan secara sempurna sehingga membuat pembaca tidak mengerti.


Novel ini sangat menarik dan menginspirasi serta perlu dibaca karena mendorong motivasi pembacanya, khususnya remaja yang ingin menggapai impian dan cita-citanya.

By: Markus Gabriel
Berikan Komentar bagi sobat yang ingin copas!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar